Minggu, 21 April 2013

Cangkang atau Kacang

Untuk Kacang dari Cangkang :)
https://soundcloud.com/r-sharah-fahyuni/cangkang-atau-kacang


Kacang, mungkin ini yang bisa aku berikan. Cobalah dengar isinya, pahami dulu, kemudian simak. Terimakasih Kacang selama kau menjadi benih dan aku menjadi kulitmu kita banyak bertukar aspirasi. Tak banyak kata yang bisa aku ungkapkan, mungkin ini mewakili semuanya.

salam absurd @sharahfahyuni

Senin, 11 Maret 2013

Tired


I need another story, need something to change, need all of new.
Terkadang manusia itu mempunyai batas dalam segala hal, dia tidak bisa memporsir ukuran yang tepat untuk dirinya. Kadang lebih kadang kurang, jarang sekali manusia yang bisa mengukur setiap apa yang di butuhkannya dalam hal yang cukup, pas dan sesuai. Terkadang apa yang dia dapat selalu dia keluhi. Umumnya semua sifat manusia sama, tapi tergantung mereka mengatur jati diri untuk kepribadiannya. apakah dia ingin sesuatu yang lebih, atau kurang atau cukup. Semua punya daya ukur masing masing.
Ketika kita tidak bisa mengelola sesuatu terkadang semuanya terlihat salah, terlihat rumit. Padahal dalam keadaan normal, kita hanya butuh sesuatu untuk memberikan efek pencerahan terhadap apa yang kita kelola. Dan pada saat tertentu ketika kita sudah lelah, semuanya terlihat lebih buruk dari sebelumnya. Ya bagi saya pelajar, ketika otak sudah terisi full of lesson, disaat itulah saya tidak bisa mengontrol semuanya. Apapun yang saya kerjakan terlihat salah, apapun yang saya pikirkan terlihat lebih sulit, dan apapun yang saya lihat terlihat suram. 
Saya mengerti, jadi pelajar bukan hanya mengeluh dan berkomentar. Tapi kadang kala saya merasa bahwa kita perlu hal tersebut untuk membuat nyaman. Terlihat seperti egois, namun sebenarnya dalam konteks yang berbeda. Disini saya melihat dari segi pelajar kelas 3 SMA yang sedang was was menghadapi UN. Detik demi detik terbuang, menit demi menit terlewati, jam berjam jam, hari demi hari dan bulan kemudian 15 April tiba. 
Hal yang singkat, hanya 4 hari kami para pelajar mengikuti UN. tapi sebelum 4 hari tersebut banyak waktu yang kita pikirkan menujur proses itu. Bukan ingin mengeluh, bukan ingin mengkritik, bukan pula ingin memamerkan. Tapi hanya ingin memberi penjelasan atau sedikit memahami. Pelajar memang seharusnya belajar, belajar bukan dalam hanya materi bukan pula dalam ilmu. Tapi dalam cara berpikir, mengelola dan mampu beradaptasi. 
Tekanan terkadang lebih sulit di hadapi dibanding dengan mengerjakan soal soal. Kapasitas saya terlalu jauh mengenai ini, ya seperti yang saya sudah bilang tadi, saya hanya pelajar 17 tahun yang sedang labil dan gagal fokus. Sekedar mengeluarkan unek unek, dan inilah waktu saya yang terbuang~
it’s really my random time! salam absurd @sharahfahyuni 

Minggu, 20 Januari 2013

The life is “how do we manage it”


Simple of question but the argue for answer. Not only we must know but also we must understand. This is part of random. Welcome to my absurd life…
Sulit untuk memecahkan masalah ketika kita sedang dalam masalah. Sulit untuk memberi pendapat ketika kita sedang membutuhkan pendapat. Sulit untuk mengungkapkan yang sebenarnya ketika kita sedang didesak. Hal yang umum bagi manusia untuk merasakannya.
Terkadang banyak orang yang mementingkan egonya ketika dalam posisi ini, atau bahkan tidak banyak kemungkinan akan terjadi suatu perdebatan. Hal yang membuat gelisah adalah bagian dari pertanyaan yang sebenarnya mudah kita jawab namun susah untuk menerapkannya. Ini bagaimana kita mengatur kehidupan kita yang sudah ada di depan mata. Namun tidak ada penyelesaian ketika satu masalah belum usai namun tantangan lain ada di depan mata. Inilah kondisi manusia, dimana hal tersebut merupakan ujian dan cobaan. Atau mungkin itu bisa disebut permainan, permainan yang mesti kita coba. Masalah alur biar Tuhan yang menentukan. 
Ketika kita sedang mencoba untuk sedikit lebih tenang dari biasanya, kadang guncangan akan lebih hebat. Mencoba untuk menerpa tapi pada akhirnya kita tak sanggup dan menyerah. Mencoba untuk menjalani namun intinya kita mengeluh. Meraih yang pasti kemudian membuang rasa pesimis, namun tetap sulit untuk bertahan. Itulah kehidupan, kehidupan yang di jalani manusia dimana dia harus bertahan dari materi, tekanan, tantangan dan cinta. Semuanya bagai satu paket ketika datang saling bersamaan. Namun sebenarnya banyak jalan untuk memilah mana yang mesti di prioritaskan untuk menjadi yang pertama yang harus di selesaikan. Banyak orang yang beranggapan bahwa materi harus di dahulukan karna  banyak yang menilai “bagaimana kita hidup tanpa materi?”.
Menurut saya pribadi, memang benar dalam kondisi saat ini materi menjadi prioritas utama dalam apapun. Tapi apakah setelah kita mendapatkan materi akan menyelesaikan semuanya? Bagaimana dengan tantangan baru ketika kita tidak bisa mengelolanya, ketika semuanya menjadi buta dan kita yang malah dikendalikannya ? Pertanyaan seperti itu yang  bisa menjawab adalah diri kita. Diri kita yang bisa menilai, diri kita pula yang bisa menyelesaikan. Perubahan itu penting, tantangan itu penting, tekanan itu penting dan cinta itu penting. Cinta karna Tuhan adalah yang terpenting.
Hal yang membuat saya seperti ini adalah hal yang sebenarnya bisa disebut dengan “tekanan”. Terkadang kita merasa tertekan oleh sesuatu namun hal tersebut bisa membuat kita menjadi lebih baik. Ya saya merasakan bisa lebih baik dari yang sebelumnya, karna suatu “tekanan”. Namun di belahan dunia sana, tekanan bisa jadi bumerang. Hal ini sekali lagi bagaimana cara kita mengaturnya. Kapasitas saya sebagai pelajar sepertinya sudah sangat jauh menilai semua ini, namun saya sekali lagi hanya menyampaikan apa yang saya rasakan, yang saya renungkan dan yang saya pikirkan. Saya mengakui, saya adalah gadis 17 tahun yang labil. Namun saya memanfaatkan kelabilan ini untuk perubahan. Karna sesuatu yang monoton itu bosan, sesuatu yang sama itu bisa menimbulkan efek lelah. Dan inilah kehidupan, inilah waktu saya yang terbuang dan inilah hasilnya.

salam absurd @sharahfahyuni